RSS

KARTIKA RATNA SARI W_TUGAS 3 (KASUS BUBARNYA ARTHUR ANDERSEN & 8 BESAR KAP MENJADI 4 BESAR)_4EB12

Nama         : Kartika Ratna Sari WNpm           
Npm           : 24212034
Kelas          : 4EB12
Mata Kuliah : Etika Profesi Akuntansi



Kasus Arthur Andersen, Berkaitan Dengan 8 Besar KAP Yang Mengerucut Menjadi 4 besar  

Ulasan kasus Arthur Andersen
Peringkat kantor akuntan internasional terbesar kehilangan salah satu anggota setelah kantor Arthur Andersen ditutup karena didakwa menghalangipenyelidikan pengadilan dalam kasus Enron. Kantor terkemuka ini pernah mnjadi kantor akuntan publik terbesar yang akibat dari keberhasilam praktik konsultasinya.

Perusahaan ini berdiri pada tahun 1913, nama Arthur Andersen diambil dari nama seorang profesor di Northwestern University yang mendirikan perusahaan tersebut. Kantor ini pernah menikmati reputasi sebagai penjunjung standar etika tertinggi tetapi kemudian terlibat dalam beberapa dugaan kegagalan audit selain Enron.

Enron Corporation terbentuk pada tahun 1985 dari merger antara dua perusahaan saluran pipa gas yaitu Houston Natural Gas dan InterNorth yang berkedudukan di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat. Dan merupakan pelopor pipa gas alam serta listrik dalam pasar utilitas yang baru diregulasi. Enron tumbuh menjadi salah satu dari tujuh perusahaan besar di Amerika Serikat yang memiliki pasukan sebanyak 21.000 pekerja sebagai staf di lebih dari empat puluh negara di dunia. Enron merupakan perusahaan energi pertama di Amerika Serikat yang melakukan instalasi sistem pipa gas alam. Pada tahun-tahun awalnya, Enron menghasilkan uang dari penjualan aktiva tetap seperti saluran pipa. Namun, pada tahun 1990-an, 80% laba Enron berasal dari bisnis yang lebih populer yang dikenal sebagai "Grosir Operasi dan Jasa Energi". Enron telah membangun pasar baru, seperti perdagangan sekuritas cuaca. 

Namun keberhasilan dan nama harum tidaklah selamanya mereka kecap. Kesuksesan yang dirintis dan dipelihara sekian lama, telah beralih menjadi suatu bencana skandal yang rumit. Pada awal tahun 2001, spekulasi tentang transaksi bisnis enron mulai muncul ke permukaan. Seorang bankir investasi yang sangat disegani secara umum menyatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat menjelaskan bagaimana sebenarnya Enron mendapatkan uang. Dengan terkuaknya keruntuhan ini, banyak pihak yang bertanya-tanya bagaimana isu tersebut bisa tidak terdeteksi setelah sekian lama. Banyak yang menunjuk pada struktur bisnis yang luar biasa rumit di Enron dan laporan keuangan yang samar serta membingungkan.

Bencana ini dimulai dari ketidakjujuran Enron dalam penyajian laba dan lembaga ini harus berdiri tegak menghadapi setumpuk tuduhan berkaitan dengan transaksi yang penuh kecurangan. Termasuk di antarana adalah tidak tersajinya sejumlah kewajiban dalam rekening perusahaan yang sedemikian rupa mereka tutup-tutupi. Tampaknya skandal Enron ini juga telah membodohi para auditor. Karena kecurangan ini melibatkan perusahaan terpercaya di AS yang merupakan salah satu dari lima firma akuntansi terbesar yang telah berdiri selama 89 tahun yaitu Arthur Andersen. 

Kesalahan yang dilakukan Arthur Andersen adalah kekeliruanya yang membiarkan Enron mempertahankan Entitas terkait secara terpisah padahal seharusnya dikonsolidasi. Lalu, Auditor kepala Andersen untuk Enron yaitu David Duncan menghalangi proses peradilan melalui penghancuran ribuan dokumen-dokumen dan data-data komputer yang berkaitan dengan kegagalan Enron. Akhirnya Andersen memecat David Duncan, namun dengan bersikukuh bahwa firmanya tidak melakukan hal yang tidak sepantasnya dilakukan dan tidak dapat menemukan indikasi adanya kecurangan. 

Pada bulan Juni 2002, divisi Amerika menyatakan bahwa Andersen terbukti bersalah oleh pengadilan federal dalam menghalangi penegakan hukum. Andersen mengakui bahwa firmanya bersalah karena menganggap penghancuran dokumen-dokumen tersebut merupakan kegiatan rutin yang sudah sangat sering mereka lakukan. Akhirnya, Andersen menutup Firma Akuntan Publiknya di Amerika Serikat sebagai hukuman.

Beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari bencara Enron-Andersen adalah pentingnya memiliki kesadaran dan ketaatan akan tanggung jawab auditor, Etika Profesi, Kesadaran Etik, Komitmen profesi, dan Good Corporate Governance bagi para auditor individu maupun lembaga. Tidak hanya itu pentingnya memahami bisnis dan industri perusahaan untuk mengidentifikasi risiko bisnis yang signifikan, salah saji material dalam laporan keuangan haruslah digarisbawahi oleh para auditor agar dapat membuat para klien dan calon klien semakin percaya kepada kinerja para profesional akuntan publik. 


8 Besar KAP Yang Mengerucut Menjadi 4 besar 
Selama bertahun-tahun, ada delapan kantor akuntan besar yang disebut sebagai Delapan Besar. Dalam tahun 1979, yaitu :

  1. Arthur Andersen
  2. Arthur Young & Co
  3. Coopers & Lybrand (aslinya Lybrand, Ross Bros, & Montgomery)
  4. Ernst & Whinney (hingga 1979 Ernst & Ernts di AS dan Whinney Muray di Britania Raya)
  5. Deloitte Hanskins & Sells (hingga 1978 Hanskins & Sells di AS dan Deloitte & Co di Britania Raya)
  6. Peat Marwick Mitchell (selanjutnya menjadi Peat Marwick kemudian KPMG)
  7. Price Waterhouse
  8. Touche Ross
Pada tahun 1989-1998, Delapan Besar ini menjadi Enam Besar setelah terjadi merger antara Deloitte, Hanskins and Sells, serta Touche Ross untuk membentuk Deloitte & Touche, dan merger antara Ernst & Whinney dan Arthur Young untuk membentuk Ernst & Young.

Pada tahun 1998-2002, peringkat kantor-kantor terbesar itu menyusut lagi menjadi Lima Besar  ketika Price Waterhouse dan Coopers & Lybrand bergabung untuk membentuk PriceWaterhouseCoopers.

Pada tahun 2002, Arthur Andersen bangkrut karena terlibat skandal Enron Co. Kantor-kantor koleganya yang berada dibawah bendera Arthur Andersen seluruhnya dijual dan kebanyakan menjadi anggota kantor akuntan internasional lainnya. Tutupnya Andersen kemudian sekarang menyisakan Empat Besar kantor akuntan internasional, yaitu :

  1. Deloitte & Touche
  2. Ernst & Young
  3. PricewaterhouseCoopers
  4. KPMG


Jika dikaitkan dengan SARBANES-OXLEY ACT
Dipicu oleh banyaknya kasus kepailitan dan dugaan kegagalan audit yang melibatkan perusahaan-perusahaan seperti Enron, Sarbanes Oxley Act disahkan pada tanggal 30 juli 2002. Ketentuan dalam UU ini, yang oleh banyak pihak dianggap sebagai peraturan yang mempengaruhi profesi auditing sejak securities Act tahun 1993 dan 1934, secara dramatis mengubah hubungan antara perusahaan terbuka dan kantor akuntan yang mengauditnya.

Sarbanes Oxley Act membentuk Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB), yang ditunjuk dan diawasi oleh Securities and Exchange Commission (SEC). PCAOB bertugas untuk mengawasi auditor perusahaan publik/terbuka, menetapkan standar auditing dan pengendalian mutu untuk audit atas perusahaan terbuka, serta melakukan pemeriksaan atas pengendalian mutu di kantor-kantor yang melakukan audit tersebut. sebelumnya tanggung jawab tersebut ditanggung oleh AICPA. 

PCAOB mengeluarkan standar standar auditing mencakup menetapkan standar untuk audit tentang efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan yang disebut Standar Auditing PCAOB. PCAOB melakukan inspeksi atas kantor-kantor akuntan yang terdaftar untuk menilai ketaatannya pada aturan-aturan PCAOB dan SEC, standar profesional, serta kebijakan pengendalian mutu kantor itu sendiri. PCAOB mensyaratkan inspeksi tahunan atas kantor-kantor akuntan yang mengaudit lebih dari 100 emiten dan kantor-kantor lain yang terdaftar setidaknya tiga tahun sekali. Setiap pelanggaran dapat mengakibatkan tindakan displiner oleh PCAOB dan dilaporkan ke SEC serta dewan akuntansi negara bagian supaya tidak terulang lagi kasus seperti Arthur Andersen.

Selain itu, Sarbanes Oxley dan SEC juga menambahkan pembatasan jenis jasa konsultasi yang dapat diberikan auditor kepada klien audit perusahaan publik. Melihat kasus dari Enron yang melibatkan Andersen SEC mengesahkan pembatasan tambahan atas jasa non-audit dan mensyaratkan pengungkapan fee audit serta nonaudit. Jasa nonaudit dapat membahayakan auditor, karena jika tidak adanya independensi akan sulit bahkan tidak mungkin untuk dibuktikan. Keprcayaan dalam dunia profesi tergantung pada penampilan independensinya, bukan ada auditor uang independen dalam fakta. SEC, Investor, dan pihak berkepentingan lainnya menyatakan bahwa jasa nonaudit membahayakan independensi.

Sumber :
Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Auditing dan Jasa Assurance Jilid 1 Edisi Keduabelas (Jakarta:Penerbit Erlangga, 2008), hlm.33, 34, 38, 115.

Jurnal Akuntansi Dan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Widyata, Vol 4 No.1, 2002. hal 10, 11, 14, 15.











0 komentar:

Posting Komentar