Etika
Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa
Yunani ‘ethos’ yang berarti adat istiadat/ kebiasaan yang baik Perkembangan
etika yaitu Studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut
ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam
kehidupan pada umumnya.
Menurut Maryani
& Ludigdo (2001) “Etika adalah Seperangkat aturan atau norma atau pedoman
yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus
ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau
profesi”
Kebiasaan
Tradisi dalam bahasa latin: traditio, "diteruskan" atau
kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah
dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang
sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang
diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan,
karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
Jadi, kebiasaan adalah tindakan
yang lazim/umum dilakukan masyarakat.
Contohnya kebiasaan makan
dengan tangan kanan, kebiasaan bertegur sapa bila bertemu dengan orang yang
telah dikenal. Meskipun bukan merupakan aturan, kebiasaan mempunyai pengaruh
terhadap perilaku keseharian warga masyarakat. Pada umumnya orang berusaha
berperilaku sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Seseorang
melakukan hal itu agar ia diterima dalam masyarakat. Sebaliknya, seseorang yang
kurang atau tidak mengindahkan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat
cenderung kurang diterima masyarakat.
Adat-istiadat
Adat istiadat adalah
kaidah di masyarakat yang dianggap sakral dan berhubungan dengan tradisi
masyarakat serta dilakukan secara turun menurun. Adat istiadat merupakan hukum
yang tumbuh, berkembang, hidup dalam masyarakat, dan memenuhi kebutuhan
masyarakat. Adat istiadat bersifat lokal. Contoh : upacara pernikahan adat Jawa
tentu berbeda denagn upacara adat Bali.
Adat istiadat dipandang penting bagi kehidupan
suatu masyarakat. Masyarakat Indonesia kaya akan adat istiadat atau adat
kebiasaan yang hidup di lingkungan suku-suku bangsa di tanah air Indonesia. Contohnya, tentang perkawinan antarkerabat dekat atau makan daging
manusia, masyarakat menganggap tabu. Sanksi bagi pelanggarnya lebih keras
dibandingkan pelanggaran terhadap cara, kebiasaan, dan tata kelakuan.
Etika, Kebiasaan, dan Adat-istiadat Yang Berlaku
di Daerah Jawa Timur
Di kawasan eks-Karesidenan
Surabaya (termasuk Sidoarjo, Mojokerto,
dan Jombang),
dan Malang,
memiliki sedikit pengaruh budaya Mataraman, mengingat kawasan ini
cukup jauh dari pusat kebudayaan Jawa: Surakarta,
dan Yogyakarta.
Adat istiadat di kawasan Tapal
Kuda banyak dipengaruhi oleh budaya Madura, mengingat besarnya populasi Suku
Madura di kawasan ini. Adat istiadat masyarakat Osing merupakan perpaduan
budaya Jawa, Madura, dan Bali. Sementara adat istiadat Suku Tengger banyak
dipengaruhi oleh budaya Hindu.
Masyarakat desa di Jawa Timur,
seperti halnya di Jawa Tengah, memiliki ikatan yang berdasarkan persahabatan,
dan teritorial. Berbagai upacara adat yang diselenggarakan antara lain:
- Tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak pertama)
- Babaran (upacara menjelang lahirnya bayi)
- Kelapa : daging kelapa yang berwarna putih adalah manifestasi dari sukra (bahasa Jawa kuna) yaitu sperma, benihnya laki-laki, bapak.
- Gula Jawa : berwarna merah adalah manifestasi dari swanita (bahasa Jawa kuna) yaitu sel telur, benihnya wanita, ibu.
- Dawet : dawet terdiri dari tiga bahan yaitu:
- Santan kelapa, berwarna putih wujud dari sperma, benihnya Bapak.
- Juruh dari gula Jawa yang berwarna merah wujud dari sel telur, benihnya Ibu.
- Cendol dari tepung beras manifestasi dari jentik-jentik kehidupan.
- Telor bebek : telor bebek kulitnya berwarna biru, untuk menggambarkan langit biru, alam awang-uwung, kuasa dari atas.
- sepasaran (upacara setelah bayi berusia lima hari)
- sunatan, dalam istilah jawa sunatan biasa disebut dengan istilah ngislamake acara ini tidak main-main diadakan secara besar-besaran/ewuh mengundang kerabat undangan disebar lewat lisan.
Jaran bodhak ini berasal dari kota probolinggo, kesenian ini biasanya digunakan untuk mengiringi dan mengarak hajatan temanten sunat.
- Upacara cukur rambut gimbal di daratan tinggi dieng
Di Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau) ada tradisi rutin tiap
tahunnya yang sangat menarik yaitu upacara ruwatan cukur rambut gimbal pada
anak-anak. Acara tahunan yang cukup terkenal di mancanegara ini berisikan sebuah
upacara ruwatan sebelum anak-anak yang berambut gimbal itu dicukur. Menurut
kepercayaan setempat diadakannya acara ruwatan ini berkaitan dengan legenda
Kyai Kolodete yang merupakan cikal bakal pendiri Kabupaten Wonosobo yang konon
selalu mengadakan upacara ruwatan terlebih dahulu sebelum mencukur anak-anak
yang berambut gimbal karena konon anak-anak yang berambut gimbal dianggap bisa
membawa musibah di kemudian hari, tapi bila diruwat anak-anak itu dipercaya
dapat mendatangkan rezeki. Disamping itu, bila anak yang dicukur tidak
melakukan ruwatan terlebih dahulu maka rambut yang akan tumbuh setelah dicukur
akan tetap gimbal dan lagi anak tersebut bisa sakit-sakitan.
Waktu upacara itu sendiri dilakukan berdasarkan weton (hari
kelahiran sang anak) sedangkan pelaksanaan upacara dihitung berasarkan neptu
(nilai kelahiran anak yang akan diruwat) dengan persiapan khusus seperti tempat
upacara dan benda-benda sesaji. Sesaji yang biasanya disiapkan untuk upacara
ini sendiri antara lain tumpeng, ingkung ayam (ayam besar utuh), gunting,
mangkuk dan air berisi bunga setaman, beras, 2 buah uang, payung, tumpeng putih
dengan dihiasi buah-buahan yang ditancapkan, jajanan pasar serta 15 jenis
minuman, seperti kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit, selasih, susu, jawawut
dan permintaan anak yang diruwat. Tempat upacaranya sendiri adalah di Goa Semar
yang terletak diarea obyek wisata Telaga Warna.
- Reog ponorogo
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
- Penduduk Jawa Timur umumnya menganut perkawinan monogami. Sebelum dilakukan lamaran, pihak laki-laki melakukan acara nako'ake (menanyakan apakah si gadis sudah memiliki calon suami), setelah itu dilakukan peningsetan (lamaran). Upacara perkawinan didahului dengan acara temu atau kepanggih. Masyarakat di pesisir barat: Tuban,Lamongan, Gresik, bahkan Bojonegoro memiliki kebiasaan lumrah keluarga wanita melamar pria, berbeda dengan lazimnya kebiasaan daerah lain di Indonesia, dimana pihak pria melamar wanita. Dan umumnya pria selanjutnya akan masuk ke dalam keluarga wanita.
- Untuk mendoakan orang yang telah meninggal, biasanya pihak keluarga melakukan kirim donga pada hari ke-1, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, 1 tahun, dan 3 tahun setelah kematian.
Referensi :
http://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/index8.php?id=35
http://nurrizkispemawisatabudaya.blogspot.co.id
https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur
0 komentar:
Posting Komentar